Blog

Powered by

Links

Recent Comments

Laman

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Buruh Yang Tabah

Selasa, 15 November 2011 - - 0 Comments


            Di sebuah desa tinggallah seorang buruh yang bernama Sukijo dan keluarganya. Mereka hidup miskin dan serba susah. Sukijo adalah buruh serabutan yang tidak memiliki perkerjaan tetap. Penghasilan Sukijo sangat minim untuk membahagiakan keluarganya. Sukijo memiliki dua orang anak dan satu istri, anak dan istri Sukijo tetap setia mendampingi Sukijo bagaimanapun keadaannya. Sukijo biasanya mencari pekerjaan sebagai kuli bangunan, ataupun menggarap sawah tetangga, hingga merawat hewan ternak milik tetangga atau kerabat yang nanti Sukijo mendapatkan imbalan berupa seekor anak dari hewan ternak tersebut. Tak jarang juga ia ikut sebagai buruh kuli bangunan, biasanya ia menurunkan material dari truk, mengaduk semen sampai mengeco ia lakukan. Menurut Sukijo pekerjaan apapun akan ia lakukan untuk menghidupi keluarganya. Asalkan halal pasti ia lakoni, dan belakangan ini ia sedang bekerja sebagai kuli bangunan . Ia pun bekerja seperti biasa hari itu, ada satu truk material datang dan artinya dia harus menurunkan material-material itu bersama rekan-rekannya. Namun nasib sial menghampiri Sukijo, ketika ia menurunkan satu sak semen , semen tersebut jatuh dan pecah. Akibatnya mandor Sukijo marah besar dan menyuruh Sukijo menggantinya. Alhasil Sukijo semakin pusing karena ia memiliki beban baru, yaitu mengganti semen yang pecah sebesar lima puluh ribu. Tentu uang lima puluh ribu bagi Sukijo adalah uang yang sangat berharga, dengan uang lima puluh ribu ia bisa sedikit menyenangkan keluarganya. Ia kini memutar otak lagi untuk mecari uang sejumlah itu. Ia mencari informasi kesana kemari untuk mencari pekerjaan . Akhirnya salah satu kerabatnya memberitahu Sukijo kalau di tempat ia bekerja  sedang membutuhkan tambahan pekerja untuk merenovasi rumah. Rumah yang di renovasi itu ternyata rumah seorang pejabat, yaitu anggota DPR. Pemilik rumah tersebut yaitu pak Sukoco beliau sangat ramah dan baik hati. Pak Sukoco sangat menghargai pekerja-pekerja di tempatnya, terutama kepada Sukijo. Karena Sukijo juga sering mengeluh tentang sulitnya kehidupan yang di alaminya. Setelah dua minggu Sukijo bekerja di sana, ia mendapat penghasilan yang pantas sebanding dengan kerja kerasnya disana. Akhrinya Sukijo bisa mengganti semen yang ia pecahkan kemarin itu.


            Pada suatu hari ketika Sukijo beranjak pulang dari kerjanya. Ia melihat anak perempuan pak Sukoco di jambret. Ia pun mengejarnya dan akhirnya tertangkap. Untunglah tertangkap karena di tas itu banyak barang berharganya. Sukijo pun mengantar putri pak Sukoco pulang sampai ke rumah. Dan putri pak Sukoco menceritakan semuanya. Pak Sukoco pun takjub dengan yang di lakukan Sukijo karena telah mengorbankan  nyawanya utuk barang putrinya yang di jambret. Pak Sukoco pun memberi imbalan kepada Sukijo yang tiada tara, yaitu segepok uang yang dia amanatkan untuk modal usaha Sukijo agar kehidupan keluarganya lebih baik lagi. Pak Sukoco pun berniat untuk mengunjungi rumah Sukijo untuk silaturahmi.
            Sejak saat itu kehidupan keluarga Sukijo yang dulunya susah sudah bisa terangkat derajat ekonominya. Sekarang Sukijo sudah hidup lebih layak, bahkan ia mempunya warung sembako yang sangat laris di kampungnya. Hidup Sukijo dan keluarganya  tentram tanpa ada rasa takut akan besok akan makan apa mereka, tidak di bayang-bayangi hutang piutang lagi. Sudah dapat menyekolahkan anaknya yang sempat putus sekolah. Bahkan rumahnya yang dulu kecil, jelek, dan berlantai tanah itu sudah bisa di bangunnya lebih layak untuk di tinggali keluarga mereka. Anak Sukijo yang kecil sudah menginjak usia untuk di sekolahkan di taman kanak-kanak juga. Dan kini sukijo tidak terlalu pusing-pusing meikirkan biaya pendidikan, karena hasil dari tokonya itu cukup lumayan. Tentunya Sukijo tidak lupa diri terhadap Bapak Sukoco yang dapat membuat Sukijo sukses seperti sekarang ini. Sukijo pun masih suka bersilahturahmi ke rumah pak Sukoco.
            Dan pak Sukoco pun tidak meminta imbalan sekecil pun kepada Sukijo, karena ia tau menolong sesama manusia itu adalah kewajibannya. Dab pak Sukoco menyadari bahwa perubahan di keluarga Sukijo yang sekarang menjadi kecukupan tidak membuat Sukijo dan keluarganya menjadi sombong.
Sukijo dan keluarganya pun sekarang hidup tentram tanpa mikir hutang dan hidup bahagia.

This entry was posted on 05.48 You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar:

Selasa, 15 November 2011

Buruh Yang Tabah


            Di sebuah desa tinggallah seorang buruh yang bernama Sukijo dan keluarganya. Mereka hidup miskin dan serba susah. Sukijo adalah buruh serabutan yang tidak memiliki perkerjaan tetap. Penghasilan Sukijo sangat minim untuk membahagiakan keluarganya. Sukijo memiliki dua orang anak dan satu istri, anak dan istri Sukijo tetap setia mendampingi Sukijo bagaimanapun keadaannya. Sukijo biasanya mencari pekerjaan sebagai kuli bangunan, ataupun menggarap sawah tetangga, hingga merawat hewan ternak milik tetangga atau kerabat yang nanti Sukijo mendapatkan imbalan berupa seekor anak dari hewan ternak tersebut. Tak jarang juga ia ikut sebagai buruh kuli bangunan, biasanya ia menurunkan material dari truk, mengaduk semen sampai mengeco ia lakukan. Menurut Sukijo pekerjaan apapun akan ia lakukan untuk menghidupi keluarganya. Asalkan halal pasti ia lakoni, dan belakangan ini ia sedang bekerja sebagai kuli bangunan . Ia pun bekerja seperti biasa hari itu, ada satu truk material datang dan artinya dia harus menurunkan material-material itu bersama rekan-rekannya. Namun nasib sial menghampiri Sukijo, ketika ia menurunkan satu sak semen , semen tersebut jatuh dan pecah. Akibatnya mandor Sukijo marah besar dan menyuruh Sukijo menggantinya. Alhasil Sukijo semakin pusing karena ia memiliki beban baru, yaitu mengganti semen yang pecah sebesar lima puluh ribu. Tentu uang lima puluh ribu bagi Sukijo adalah uang yang sangat berharga, dengan uang lima puluh ribu ia bisa sedikit menyenangkan keluarganya. Ia kini memutar otak lagi untuk mecari uang sejumlah itu. Ia mencari informasi kesana kemari untuk mencari pekerjaan . Akhirnya salah satu kerabatnya memberitahu Sukijo kalau di tempat ia bekerja  sedang membutuhkan tambahan pekerja untuk merenovasi rumah. Rumah yang di renovasi itu ternyata rumah seorang pejabat, yaitu anggota DPR. Pemilik rumah tersebut yaitu pak Sukoco beliau sangat ramah dan baik hati. Pak Sukoco sangat menghargai pekerja-pekerja di tempatnya, terutama kepada Sukijo. Karena Sukijo juga sering mengeluh tentang sulitnya kehidupan yang di alaminya. Setelah dua minggu Sukijo bekerja di sana, ia mendapat penghasilan yang pantas sebanding dengan kerja kerasnya disana. Akhrinya Sukijo bisa mengganti semen yang ia pecahkan kemarin itu.


            Pada suatu hari ketika Sukijo beranjak pulang dari kerjanya. Ia melihat anak perempuan pak Sukoco di jambret. Ia pun mengejarnya dan akhirnya tertangkap. Untunglah tertangkap karena di tas itu banyak barang berharganya. Sukijo pun mengantar putri pak Sukoco pulang sampai ke rumah. Dan putri pak Sukoco menceritakan semuanya. Pak Sukoco pun takjub dengan yang di lakukan Sukijo karena telah mengorbankan  nyawanya utuk barang putrinya yang di jambret. Pak Sukoco pun memberi imbalan kepada Sukijo yang tiada tara, yaitu segepok uang yang dia amanatkan untuk modal usaha Sukijo agar kehidupan keluarganya lebih baik lagi. Pak Sukoco pun berniat untuk mengunjungi rumah Sukijo untuk silaturahmi.
            Sejak saat itu kehidupan keluarga Sukijo yang dulunya susah sudah bisa terangkat derajat ekonominya. Sekarang Sukijo sudah hidup lebih layak, bahkan ia mempunya warung sembako yang sangat laris di kampungnya. Hidup Sukijo dan keluarganya  tentram tanpa ada rasa takut akan besok akan makan apa mereka, tidak di bayang-bayangi hutang piutang lagi. Sudah dapat menyekolahkan anaknya yang sempat putus sekolah. Bahkan rumahnya yang dulu kecil, jelek, dan berlantai tanah itu sudah bisa di bangunnya lebih layak untuk di tinggali keluarga mereka. Anak Sukijo yang kecil sudah menginjak usia untuk di sekolahkan di taman kanak-kanak juga. Dan kini sukijo tidak terlalu pusing-pusing meikirkan biaya pendidikan, karena hasil dari tokonya itu cukup lumayan. Tentunya Sukijo tidak lupa diri terhadap Bapak Sukoco yang dapat membuat Sukijo sukses seperti sekarang ini. Sukijo pun masih suka bersilahturahmi ke rumah pak Sukoco.
            Dan pak Sukoco pun tidak meminta imbalan sekecil pun kepada Sukijo, karena ia tau menolong sesama manusia itu adalah kewajibannya. Dab pak Sukoco menyadari bahwa perubahan di keluarga Sukijo yang sekarang menjadi kecukupan tidak membuat Sukijo dan keluarganya menjadi sombong.
Sukijo dan keluarganya pun sekarang hidup tentram tanpa mikir hutang dan hidup bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar